TUGAS ETIKA PROFESI
NIM : 8040190367 NAMA : Neisya Meisarah
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS DINAMIKA BANGSA JAMBI
2021/2022
Jeremy Bentham dilahirkan di London tahun 1748. Ia hidup selama masa perubahan sosial, politik dan ekonomi yang masif, juga mengikuti terjadinya revolusi di Perancis dan Amerika yang membuat Bentham bangkit dengan teorinya.
Teori
Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif
yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan
penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal
dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah,
atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori
kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori
sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan
muridnya, John Stuart Mill.
Teori Utilitarianisme, yaitu
teori kesenangan yang didasarkan pada nilai kegunaan, salah satunya
Utilitarisme Klasik (Inggris, abad ke-17
dan 18).
Menurut Bentham, prinsip utilitarianisme ini harus
diterapkan secara kuantitatif. Karena kualitas kesenangan selalu sama, maka
satu-satunya aspek yang bisa berbeda adalah kuantitasnya. Dengan demikian,
bukan hanya the greatest number yang dapat diperhitungkan, akan tetapi the
greatest happiness juga dapat diperhitungkan. Untuk itu, Bentham mengembangkan
Kalkulus Kepuasan (the hedonic calculus). Menurut Jeremy Bentham ada
faktor-faktor yang menentukan berapa banyak kepuasan dan kepedihan yang timbul
dari sebuah tindakan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Menurut
intensitas (intensity) dan lamanya (duration) rasa puas atau sedih yang timbul
darinya. Keduanya merupakan sifat dasar dari semua kepuasan dan kepedihan ;
sejumlah kekuatan tertentu (intensitas) dirasakan dalam rentang waktu tertentu.
2. Menurut
kepastian (certainty) dan kedekatan (propinquity) rasa puas atau sedih itu.
Contoh semakin pasti anda dipromosikan , semakin banyak kepuasan yang anda
dapatkan ketika memikirkannya, dan semakin dekat waktu kenaikan pangkat,
semakin banyak kepuasan yang dirasakan.
3. Menurut
kesuburan (fecundity), dalam arti kepuasan akan memproduk kepuasan-kepuasan
lainnya, dan kemurnian (purity). Maksudnya kita perlu mempertimbangkan
efek-efek yang tidak disengaja dari kepuasan dan kepedihan. “Kesuburan” mengacu
pada kemungkinan bahwa sebuah perasaan tidak akan diikuti oleh kebalikannya,
tetapi justru akan tetap menjadi diri”murni”nya sendiri, dalam arti kepuasan
tidak akan mengarah kepada kepedihan atau pun sebaliknya kepedihan tidak akan
menimbulkan kepuasan.
4. Menurut
jangkauan (extent) perasaan tersebut. Dalam arti kita perlu memperhitungkan
berapa banyak kepuasan dan kepedihan kita mempengaruhi orang lain. Contoh orang
tua merasa puas ketika anak berprestasi dan merasa sedih ketika anak jatuh sakit
Menurut Jeremy Bentham bahwa kesenangan dan kebahagiaan
harus diukur secara
kuantitatif karena kualitas
kesenangan selalu sama. Teori yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham digaris
bawahi dari kemanfaatan sebagai tujuan utama.
Ukurannya adalah kebahagiaan
yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang, kemanfaatan yang dimaksud sebagai
kebahagiaan. Hal-hal yang dapat menimbulkan kesenangan atau kebahagiaan dapat
diukur intensitas dan lamanya kebahagiaan atau kesenangan
itu dirasakan. Menurut Bentham, dapat dikatakan
bahwa, pengukuran atau perhitungan suatu
tindakan akan menghasilkan saldo positif (kebahagiaan), jika kredit
(kesenangan) melebihi debetnya (rasa sakit). Misalnya semua anggota masyarakat ibu
kota karena pernah mengalami perampokkan dan perampok yang berusaha melarikan
diri ketika akan ditangkap tertembak mati oleh aparat kepolisian, secara
kuantitatif sama. Semua anggota
masyarakat yang pernah
dirampok merasa tenang
dan senang, perasaan
mereka sama, namun apakah
memang seperti itu
kondisi aslinya? bukankah dalam
pengalaman konkret manusia kesenangan dan kebahagiaan orang yang satu
berbeda dengan orang lain, dengan kata lain , setelah perampok yang melarikan
diri tertembak, masyarakat juga tentu akan
terus waspada dan kualitas kewaspadaan
satu anggota masyarakat
dengan anggota masyarakat lainnya
tentu berbeda.
Perbuatan yang baik atau buruk dapat dinilai dari akibat suatu perbuatan tersebut. Seperti halnya kalkulus hedonistik, bahwa kesenangan dapat diukur atau dinilai dengan tujuan untuk mempermudah pilihan yang tepat antara kesenangan-kesenangan yang saling bersaing. Kebahagiaan yang dimaksud itu adalah hal yang dapat diukur di dalamnya, seseorang bahagia karena suatu hal yang bernilai baik atau buruk dan dianggap menjadi sebuah kebahagiaan bagi banyak orang lalu kebahagiaan-kebahagiaan tersebut diukur secara kuantitatif, misalnya memiliki sebuah jabatan, ketenaran dan materi hal ini pasti menimbulkan sebuah kebahagiaan bagi manusia, tetapi pada kenyataan ada beberapa orang Mengidentikan kebahagiaan dengan kenikmatan atau kesenangan merupakan bukti bahwa menurut utilitarisme diatas kebahagiaan atau kesenangan itu masih ada nilai lain yang lebih tinggi dari kebahagiaan itu sendiri. Buktinya, orang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dinikmati. Padahal pada dasarnya kebahagiaan itu tidak bisa diukur secara kuantitatif karena ada beberapa hal yang tidak mudah diukur misalnya cinta dan kebahagiaaan keluarga, orang yang hidup dengan istri dan kedua anaknya mengatakan dia bahagia, akan tetapi seorang yang hidup sendiri juga dapat mengatakan dia sangat bahagia, nilai kebahagiaan orang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Semua orang pasti ingin memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Pada akhinya kebahagiaan tergantung pada siapa yang menghitungnya. Sementara itu hal yang dapat diukur misalnya produktivitas yang bersifat fisik material.
DAFTAR PUSTAKA
https://business-law.binus.ac.id/2016/06/30/utilitarianisme-dan-tujuan-perkembangan- hukum-multimedia-di-indonesia/
file:///C:/Users/RHComp/Downloads/2961-265-10705-1-10-20201211.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Utilitarianisme
http://digilib.uinsby.ac.id/672/5/Bab%202.pdf