Cari Blog Ini

Rabu, 13 Oktober 2021

                           TUGAS ETIKA PROFESI

 

                             

                                                  NIM     : 8040190367
                                          NAMA : Neisya Meisarah




FAKULTAS ILMU KOMPUTER
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS DINAMIKA BANGSA JAMBI
2021/2022


Jeremy Bentham dilahirkan di London tahun 1748. Ia hidup selama masa perubahan sosial, politik dan ekonomi yang masif, juga mengikuti terjadinya revolusi di Perancis dan Amerika yang membuat Bentham bangkit dengan teorinya.

Teori Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak.

Teori Utilitarianisme, yaitu teori kesenangan yang didasarkan pada nilai kegunaan, salah satunya Utilitarisme Klasik  (Inggris, abad ke-17  dan  18).

Menurut Bentham, prinsip utilitarianisme ini harus diterapkan secara kuantitatif. Karena kualitas kesenangan selalu sama, maka satu-satunya aspek yang bisa berbeda adalah kuantitasnya. Dengan demikian, bukan hanya the greatest number yang dapat diperhitungkan, akan tetapi the greatest happiness juga dapat diperhitungkan. Untuk itu, Bentham mengembangkan Kalkulus Kepuasan (the hedonic calculus). Menurut Jeremy Bentham ada faktor-faktor yang menentukan berapa banyak kepuasan dan kepedihan yang timbul dari sebuah tindakan. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Menurut intensitas (intensity) dan lamanya (duration) rasa puas atau sedih yang timbul darinya. Keduanya merupakan sifat dasar dari semua kepuasan dan kepedihan ; sejumlah kekuatan tertentu (intensitas) dirasakan dalam rentang waktu tertentu.

2. Menurut kepastian (certainty) dan kedekatan (propinquity) rasa puas atau sedih itu. Contoh semakin pasti anda dipromosikan , semakin banyak kepuasan yang anda dapatkan ketika memikirkannya, dan semakin dekat waktu kenaikan pangkat, semakin banyak kepuasan yang dirasakan.

3. Menurut kesuburan (fecundity), dalam arti kepuasan akan memproduk kepuasan-kepuasan lainnya, dan kemurnian (purity). Maksudnya kita perlu mempertimbangkan efek-efek yang tidak disengaja dari kepuasan dan kepedihan. “Kesuburan” mengacu pada kemungkinan bahwa sebuah perasaan tidak akan diikuti oleh kebalikannya, tetapi justru akan tetap menjadi diri”murni”nya sendiri, dalam arti kepuasan tidak akan mengarah kepada kepedihan atau pun sebaliknya kepedihan tidak akan menimbulkan kepuasan.

4. Menurut jangkauan (extent) perasaan tersebut. Dalam arti kita perlu memperhitungkan berapa banyak kepuasan dan kepedihan kita mempengaruhi orang lain. Contoh orang tua merasa puas ketika anak berprestasi dan merasa sedih ketika anak jatuh sakit

 Menurut  Jeremy Bentham bahwa  kesenangan  dan  kebahagiaan  harus  diukur secara  kuantitatif  karena  kualitas kesenangan selalu sama. Teori yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham digaris bawahi dari kemanfaatan  sebagai  tujuan  utama. Ukurannya  adalah  kebahagiaan  yang  sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang, kemanfaatan yang dimaksud sebagai kebahagiaan. Hal-hal yang dapat menimbulkan kesenangan atau kebahagiaan dapat diukur intensitas dan lamanya kebahagiaan  atau  kesenangan  itu  dirasakan.  Menurut  Bentham,  dapat  dikatakan bahwa, pengukuran atau perhitungan suatu tindakan akan menghasilkan saldo positif (kebahagiaan), jika kredit (kesenangan) melebihi debetnya (rasa sakit). Misalnya semua anggota masyarakat ibu kota karena pernah mengalami perampokkan dan perampok yang berusaha melarikan diri ketika akan ditangkap tertembak mati oleh aparat kepolisian, secara kuantitatif sama. Semua anggota  masyarakat  yang  pernah  dirampok  merasa  tenang  dan  senang,  perasaan  mereka sama,  namun  apakah  memang  seperti itu  kondisi  aslinya?  bukankah  dalam  pengalaman konkret manusia kesenangan dan kebahagiaan orang yang satu berbeda dengan orang lain, dengan kata lain , setelah perampok yang melarikan diri tertembak, masyarakat juga tentu akan  terus  waspada  dan  kualitas  kewaspadaan  satu  anggota  masyarakat  dengan  anggota masyarakat lainnya tentu berbeda.

Perbuatan  yang  baik  atau  buruk  dapat  dinilai  dari  akibat  suatu  perbuatan  tersebut. Seperti halnya kalkulus hedonistik, bahwa kesenangan dapat diukur atau dinilai dengan tujuan untuk mempermudah pilihan yang tepat antara kesenangan-kesenangan yang saling  bersaing. Kebahagiaan  yang  dimaksud  itu  adalah  hal  yang  dapat  diukur di  dalamnya,  seseorang bahagia  karena  suatu  hal  yang  bernilai  baik  atau  buruk  dan  dianggap  menjadi  sebuah kebahagiaan  bagi  banyak  orang  lalu  kebahagiaan-kebahagiaan  tersebut  diukur  secara kuantitatif,  misalnya  memiliki  sebuah  jabatan,  ketenaran  dan  materi  hal  ini  pasti menimbulkan sebuah kebahagiaan bagi manusia, tetapi pada kenyataan ada beberapa orang Mengidentikan  kebahagiaan  dengan  kenikmatan  atau  kesenangan  merupakan  bukti  bahwa menurut utilitarisme diatas kebahagiaan atau kesenangan itu masih ada nilai lain yang lebih tinggi dari kebahagiaan  itu sendiri. Buktinya, orang tidak pernah merasa puas dengan  apa yang dinikmati. Padahal pada dasarnya kebahagiaan itu tidak bisa diukur secara kuantitatif karena ada beberapa hal yang tidak mudah diukur misalnya cinta dan kebahagiaaan keluarga, orang  yang  hidup  dengan  istri  dan  kedua  anaknya  mengatakan  dia  bahagia,  akan  tetapi seorang  yang  hidup  sendiri  juga  dapat  mengatakan  dia  sangat  bahagia,  nilai  kebahagiaan orang  yang  satu  dengan  yang  lain  akan  berbeda.  Semua  orang  pasti  ingin  memperoleh kebahagiaan  dalam  hidupnya.  Pada  akhinya  kebahagiaan  tergantung  pada  siapa  yang menghitungnya. Sementara itu hal  yang dapat diukur misalnya produktivitas  yang bersifat fisik material.

DAFTAR PUSTAKA

https://business-law.binus.ac.id/2016/06/30/utilitarianisme-dan-tujuan-perkembangan-  hukum-multimedia-di-indonesia/

file:///C:/Users/RHComp/Downloads/2961-265-10705-1-10-20201211.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Utilitarianisme

http://digilib.uinsby.ac.id/672/5/Bab%202.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

                           TUGAS ETIKA PROFESI                                                                                   NIM     : 8...